Mereka yang tersisih, mereka yang terbuang

Mereka yang tersisih, mereka yang terbuang Mereka yang tersisih, mereka yang terbuang

Mereka adalah anak-anak kita

Mereka adalah anak-anak kita Mereka adalah anak-anak kita

Mentari tak bersinar padanya Mimpinya itulah miliknya, dalam suka duka mereka terpaut suka duka kami

Mentari tak bersinar padanya Mimpinya itulah miliknya Mentari tak bersinar padanya Mimpinya itulah miliknya

dan bahagia mereka adalah cita-cita kami

dan bahagia mereka adalah cita-cita yang ingin kita wujudkan dan bahagia mereka adalah cita-cita yang ingin kita wujudkan
Berita Program PKSA Terbaru

Grafik Penyebaran PKSA 2010

Posted by Program Kesejahteraan Sosial Anak on Rabu, 08 Desember 2010 , under | komentar (0)




GRAFIK ANAK JALANAN
 
GRAFIK ANAK BALITA
 
 GRAFIK ANAK DENGAN KECACATAN
 GRAFIK ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM

GRAFIK ANAK MEMERLUKAN PERLINDUNGAN KHUSUS

"R" Pendiam, Karena Trauma Masa Kecil

Posted by Program Kesejahteraan Sosial Anak on Kamis, 11 November 2010 , under | komentar (0)



Disaat anak-anak sebayanya bermain dengan riang gembira, R ( 7 tahun ) hanya berdiri melihatnya. Dari tatapan matanya, tampak ada keinginan untuk ikut bermain, tapi hal itu tidak dilakukannya. Sifat menyendirinya, menurut Sakti Peksos pendampingnya, Melda, disebabkan trauma saat kecil. R pernah jatuh dan masuk ke ember penuh air panas, beruntung tidak ada luka serius, tp kejadian itu membuat R jadi shock dan pendiam. Dibanding anak-anak yang lainnya, daya tangkap R sedikit agak lambat. Hal ini mungkin disebabkan pemenuhan gizi saat ibunya hamil sangat kurang, Pekerjaan orangtuanya, D dan N sebagai pemulung, tidak bisa memenuhinya. Perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya yang sibuk bekerja tidak didapatkannya, R dan kakaknya, Y ( 9 tahun ), menghabiskan waktu dengan bermain bersama anak-anak kolong jembatan lainnya, mengemis dan mengamen di jalanan.

Sebagai anak penerima PKSA, R yang masih kelas 1 SD dan kakaknya  kelas 3 SD, dibawah binaan Yayasan Nusa Dian Nusantara, R dan anak-anak kolong jembatan itu mulai meninggalkan jalanan dan kembali bersekolah.  Mereka menerima bantuan makanan2 bergizi, alat-alat sekolah, belajar mengaji  dan bimbingan belajar khusus, untuk membantu R di sekolah tiap hari Senin dan Kamis bersama dengan anak-anak lainnya penerima PKSA di sekitar kolong jembatan Jelambar, Jakarta Barat.

Gerakan Peduli Anak-anak Merapi

Posted by Program Kesejahteraan Sosial Anak on Selasa, 02 November 2010 , under | komentar (0)



GERAKAN PEDULI ANAK-ANAK MERAPI

Merespon bencana letusan gunung merapi maka Kementerian Sosial RI melalui Direktorat Pelayanan Sosial Anak bekerjasama dengan Dinas sosial, Sakti Peksos, Tagana, TKSK, PSM, LPA, Rumah Singgah, Relawan Sosial, mahasiswa dan lain-lain mendirikan PONDOK ANAK CERIA
Informasi lokasi trauma senter pondok Anak Ceria

YOGYA :
Kepuharjo, Umbulharjo, Glagaharjo, Hargobinangun, Purwobinangun, Giri Kerto, Wonokerto

JATENG :
Sawangan, Serumbung, Dukun, Tanjung, Dawukan.


Sementara ada 12 tempat dan dapat menjangkau 5000 -an anak untuk mendapatkan pelayanan psikososial/trauma healing bagi yang mau membantu anak-anak , membimbing belajar, menghibur, konseling, bantuan sosial anak, bantuan mainan , makanan, seragam sekolah, dan lain-lain.
SILAHKAN DATANG/ BERGABUNG DENGAN PONDOK ANAK CERIA.

Kontak Person
Beni : 081321319290
Harry : 081311265641

Anak Balita Perlu Bantuan dan Perhatian

Posted by Program Kesejahteraan Sosial Anak on Senin, 18 Oktober 2010 , under | komentar (0)



Kemiskinan di Indonesia menjadi faktor utama melonjaknya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Jumlah anak-anak yang ditelantarkan orang tua, semakin hari semakin meningkat, bahkan anak balita yang ditinggalkan/dibuang oleh orang tua semakin sering kita dengar di media cetak maupun media elektronik. Hal tersebut membuat Direktorat Pelayanan Anak terus berupaya keras untuk mendobrak stigma pelayanan sosial agar tidak dianggap sebagai masalah yang tak penting. Dalam UUD 1945 jelas dikatakan negara berkewajiban menanggung orang miskin dan anak terlantar. Namun dalam mengalokasikan anggaran seolah-olah sebagai amal atau charity, jauh dari anggaran untuk bidang lain.
Perkembangan anak pada usia dini (sampai dengan umur 6 tahun) berada dalam usia periode emas (golden age), yaitu masa dimana anak memiliki kemampuan optimal dalam mengembangkan keseluruhan karakter diri sesuai dengan stimulus dan ini berpotensi anak dirangsang secara optimal. Maka kelak proses pembentukan dan perkembangan karakter kepribadiannya pada masa anak-anak, dan proses menuju dewasa akan mengalami berbagai hambatan secara fisik, mental dan social. Maka diharapkan anak usia dini memperoleh dukungan lingkungan social berupa pengasuhan, pemeliharaan, perwalian, pembiayaan, pendidikan, pembinaan dan perlindungan sejak awal
Kunjungan yang dilakukan oleh Direktorat Pelayanan Sosial Anak ke TPA Inawah di jalan Rancing Centre AA. 5 Kota Makasar membuka pikiran kita bersama untuk mendobrak pelayanan di lokasi tersebut. Terletak di pinggiran kali dan tempat yang kumuh dan pekerjaan orang tua rata menarik beca dengan penghasilan antara Rp. 10.000 – 20.000/harinya. Dengan kondisi tersebut anak balita tidak memperoleh kesempatan bertumbuh dan belajar dengan baik. Hal ini sangat memprihatinkan, seharusnya ada  yayasan yang menangani anak terutama anak balita dilokasi tersebut.  Menurut penuturan Primadita, S.Sos satuan bhakti pekerjaan sosial ( sakti Peksos) dilokasi tersebut mengatakan, “seharusnya harus didirikan yayasan anak balita di tempat ini, saya bahu membahu dengan pekerja sosial masyarakat disini berupaya memberikan pelayanan yang diperlukan untuk mengatasi berbagai permasalahan anak balita, seperti belajar dan bermain, namun kami perlu tempat dan dana untuk melakukan pelayanan di tempat ini,” begitu juga penuturan dari ibu Leli,  ibu Leli menceritakan ,”cucu yang saya bawa ini ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, saya sebenarnya tidak kuat lagi merawat anak ini sebab saya harus mencari uang untuk membantu suami saya sebagai tukang beca, namun apa boleh buat saya harus merawat cucu saya yang ditinggalkan orang tuanya,”.
Berbagai permasalahan begitu banyak ditempat ini, mulai masalah kemiskinan dan perceraian orang tua sehingga menyebabkan banyaknya permasalahan balita.
Di Yayasan An’Nur lebih parah lagi, yayasan yang letaknya di tempat pembuangan sampah ini sangat memprihatinkan. Pada saat rombongan Subdit anak balita meninjau lokasi tersebut anak anak balita bermain dengan sampah dan lalat yang beterbangan kian kemari, orang tua mereka kebanyakan pemulung tanpa memperhatikan kesehatan beberapa balita makan ditemani oleh lalat dan debu.
Kondisi ini menggugah hati untuk melaksanakan pelayanan agar anak-anak ini mendapatkan haknya sepabagaimana anak-anak yang lain. Kasubdit Pelayanan Sosial Anak Balita dan Pengangkatan Anak Trihana Ningsih mengatakan, “mudah-mudahan tahun 2011 mereka mendapatkan pelayayanan dan bantuan dari Kementerian Sosial, kita berusaha memberikan yang terbaik bagi mereka. Sekarang sedang dilakukan pendataan di bantu oleh satuan bhakti pekerjaan social (sakti peksos)”.

Oleh : Bisner H.Malau, A.KS

Perlindungan Anak Pasca Meletusnya Gunung Sinabung

Posted by Program Kesejahteraan Sosial Anak on Selasa, 21 September 2010 , under | komentar (0)



Gunung Sinabung yang berada di Kabupaten Karo Sumatera Utara, merupakan salah salah satu gunung penghasil air yang banyak dan strategis, gunung ini di kelilingi oleh hutan. Namun karena daerah kaki gunung sinabung sangat subur, maka para petani terus merambah hutan yang ada di kaki gunung tersebut. Telah dinyatakan tidak adanya lagi aktivitas Gunung Sinabung sekitar empat ratus tahun silam “ Data: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (KPVMB)”, namun kenyataan berkata lain, pada tanggal 27 Agustus 2010 gunung Sinabung menyemburkan lahar panas dan asap yang membungbung tinggi. Kejadian ini menimbulkan kepanikan di masyarakat terutama anak-anak.

Menyikapi kejadian tersebut Direktorat Pelayanan Sosial Anak mengrimkan Tim TRC kelokasi bencana, untuk sesegara mungkin memberikan pelayanan terhadap anak-anak yang menjadi korban bencana gunung meletus.

Pada hari pertama Tim TRC Pelayanan Sosial Anak melakukan konsolidasi Program Perlindungan Anak, melakukan koordinasi dengan Tim TRC Dinas Propinsi Sumatera Utara maupun TRC Kabupaten Karo melakukan peninjauan ke pos-pos penampungan yang disebut dengan Jambur. Menurut data awal yang diperoleh dari Penanggung Jawab Tagana di Jambur Serbaguna Advensius Girsang, ada sekitar 15.000 jiwa menempati pos-pos pengungsian yang tersebar di 10 titik, sedang posko utama di pendopo Kantor Bupati Karo.

Namun pada hari Jumat tanggal 29 Agustus 2010 pukul 04..00 WIB terjadi semburan dari gunung Sinabung, suara gemuruh terasa hingga radius 8 kulometer dan menghasilkan semburan abu mencapai ketinggian 3000 meter, sedang sebelumnya hanya mencapai 2000 meter. Surono, Kepala Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (KPVMB) mengatakan,. Warga segera dievakuasi ke pos-pos penampungan sesegera mungkin untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Akibatnya pos-pos yang tersedia tidak mencukupi lagi untuk menampung para pengungsi, sehingga Pos/Jambur bertambah menjadi 21 lokasi, diperkirakan jumlah pengungsi mencapai angka 21.141 jiwa dan kurang lebih 5000 orang anak menjadi pengungsi

Adapun Nama Jambur/Posko pengungsian antara lain Jambur Lige, Jambur Adil Makmur, Jambur Tuah Lopati, Jambur Sepakata, Jambur Dalihan Natolu, Klasis Kaban Jahe/Depag, Jambur Pulungan, Paroki Jalan Iran, Gedung KKR Simpang Katepul, Gedung KNPI/Serbaguna, GKII Gg. Brahmana, Stadion Samura, Pengepkepen (Tat Twam Si), GBKP Zetrum, Masjid Agung, Losd Pekan Buah Tiga Binanga, Losd Desa Perbesi, Jamburta Ras Berastagi, Jambur Desa Tongkoh, Losd Tanjung Pulo, Losd Tanjung Belang, Losd Singgamanik, Losd Kuta Buluh, Losd Siabang-abang, Losd Desa Muliarayat dan Telagah Kec. Seibing


Hari II Tim melakukan Capacity Building petugas dilapangan.

Direktorat Pelayanan Sosial Anak bekerjasama dengan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) melatih 78 relawan lokal yang terdiri dari mahasiswa, aktivis LSM, pengurus gereja dan beberapa personil Organisasi Sosial. Capacity building ini merupakan upaya untuk memberikan sentuhan terapi psikososial bagi anak-anak pengungsi korban letusan gunung Sinabung di Tanah Karo Sumatera Utara. Kegiatan tersebut dilaksanakan di tiga lokasi antara lain :
a. Posko GPIB yang berada di Kaban Jahe Kabupaten Karo, jumlah anak lebih kurang 75 orang.
b. Pondok Anak Ceria Posko/Jambur Serba Guna yang berada di Kaban Jahe Kabupaten Karo. Jumlah anak kurang lebih 100 orang
c. Jambur Tuahloupati yang terletak di Berastagi Kabupaten Karo dengan jumlah anak kurang lebih 100 orang.

Terapi psikososial dilakukan dengan metode Psychosocial Structure Activity yang menggunakan seni berupa cerita tanpa suara, gerakan/aktivitas, musik, pengulangan/ritual serta permainan kerja sama. Anak di pengungsian diarahkan untuk menekan rasa takut, cemas, dan perasaan tidak menentu lainnya yang sebenarnya merupakan sumber stress maupun depresi. Di tempat penampungan, anak berbaur dengan korban lainnya dari berbagai tempat. Mereka didorong untuk saling mengenal satu sama lain dan menanamkan perasaan senasib sesama pengungsi.

3. Hari ke III Tim melakukan upaya tindak lanjut program oleh dinas sosial daerah.

Tim melakukan upaya penanganan tindak lanjut program yang telah berjalan kepada Tim TRC Propinsi dan Kabupaten Kota. Mengadakan rapat di Jambur Serbaguna, membahas tentang tindak lanjut program. Hal ini dilakukan karena keceriaan anak tetap harus dilakukan agar mereka tidak trauma dan melupakan kejadian/musibah yang menimpa keluarga dan dirinya. Program ini juga harus dilakukan ditempat pengungsian yang lain sehingga semua anak-anak korban bencana dapat dijangkau. Daerah harus bertanggung jawab untuk melanjutkan program yang telah dilakukan.

4. Hari ke IV Tim melakukan persiapan kedatangan Presiden dan Menteri Sosial

Kedatangan presiden dan Menteri Sosial juga menjadi salah satu terapi yang baik bagi para pengungsi korban meletusnya gunung sinabung. Issue kedatangan Presiden dan Menteri Sosial dapat mendatangkan agin segar bagi para pengungsi, karena mereka merasa dihargai dan diperhatikan. Oleh karena itu momen ini dimanfaatkan oleh tim pelayanan sosial anak. Mengkoordinir tim yang ada dilapangan agar mengarahkan para pengungsi, supaya pengunsi yang ada di jambur-jambur dapat melihat dan mendengar sambutan dari Presiden maupun Menteri Sosial.

Sebelum Presiden dan Menteri Sosial sampai di posko utama pendopo, anak-anak maupun orang tua telah berkumpul. Namun situasi hujan yang deras menyambut kedatangan orang nomor satu di Indonesia rombongan. Situasi itupun tidak diperdulikan oleh mereka. Ketika Presiden dan Menteri Sosial tiba mereka menyambut dengan meriah ditengah hujan yang mengguyur deras.

Harapan kedepan, biarkanlah alam menunjukkan kemurkaannya tetapi anak-anak koraban alam ini tidak mengalami trauma yang mendalam. Anak-anak harus terus mendapatkan perhatian khusus dari kita semua, pemerintah, pemerhati anak maupun masyarakat itu sendiri, karena anak adalah masa depan bangsa.

Kejadian bencana merupakan pengalaman traumatik yang dapat menyebabkan gangguan mental korban bencana. Adi Fahrudin yang di-transkrip ulang oleh Ahmad Sahidin, berpendapat bahwa tidak semua orang yang menjadi korban bencana akan mengalami traumatik yang berujung pada gangguan mental. Ada yang lambat dan ada yang cepat. Seperti remaja yang putus cinta pertama, ada yang cepat melupakan dan mencari lagi pasangan baru, tetapi ada juga yang trauma sehingga memutuskan untuk tidak menikah. Inilah karakteristik personality tiap manusia. Masing-masing mempunyai karakteristik berbeda karena penyebabnya berbeda, walaupun ada unsur-unsur yang sama. Aspek emosi, afeksi, dan kognisi serta perilaku korban-korban pun berbeda. Dari ketiganya itu akan berbeda bila dilihat dari kasus atau jenis bencana yang menimpa.

Biasanya, dalam beberapa pekan, orang sangat ingin mendapatkan informasi atau kejelasan mengenai anggota keluarga, ingin cepat tahu bagaimana kondisinya dan berharap masih bisa diselamatkan. Ini juga bisa disebut trauma, suatu kondisi kejiwaan yang sangat membekas. Sedangkan, post traumatic adalah kejadian yang sangat membekas dan memiliki sisa. Pengalaman sisa yang membayanginya itu mempengaruhi residu. Selanjutnya, residu itu memengaruhi emosi (afeksi) dan kognisi disertai dengan tingkah laku yang berbeda.


Oleh : (Bisner H. Malau, A.KS)