Berita Program PKSA Terbaru

Perlindungan Anak Pasca Meletusnya Gunung Sinabung

Selasa, 21 September 2010 , Posted by Program Kesejahteraan Sosial Anak at 00.34

Gunung Sinabung yang berada di Kabupaten Karo Sumatera Utara, merupakan salah salah satu gunung penghasil air yang banyak dan strategis, gunung ini di kelilingi oleh hutan. Namun karena daerah kaki gunung sinabung sangat subur, maka para petani terus merambah hutan yang ada di kaki gunung tersebut. Telah dinyatakan tidak adanya lagi aktivitas Gunung Sinabung sekitar empat ratus tahun silam “ Data: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (KPVMB)”, namun kenyataan berkata lain, pada tanggal 27 Agustus 2010 gunung Sinabung menyemburkan lahar panas dan asap yang membungbung tinggi. Kejadian ini menimbulkan kepanikan di masyarakat terutama anak-anak.

Menyikapi kejadian tersebut Direktorat Pelayanan Sosial Anak mengrimkan Tim TRC kelokasi bencana, untuk sesegara mungkin memberikan pelayanan terhadap anak-anak yang menjadi korban bencana gunung meletus.

Pada hari pertama Tim TRC Pelayanan Sosial Anak melakukan konsolidasi Program Perlindungan Anak, melakukan koordinasi dengan Tim TRC Dinas Propinsi Sumatera Utara maupun TRC Kabupaten Karo melakukan peninjauan ke pos-pos penampungan yang disebut dengan Jambur. Menurut data awal yang diperoleh dari Penanggung Jawab Tagana di Jambur Serbaguna Advensius Girsang, ada sekitar 15.000 jiwa menempati pos-pos pengungsian yang tersebar di 10 titik, sedang posko utama di pendopo Kantor Bupati Karo.

Namun pada hari Jumat tanggal 29 Agustus 2010 pukul 04..00 WIB terjadi semburan dari gunung Sinabung, suara gemuruh terasa hingga radius 8 kulometer dan menghasilkan semburan abu mencapai ketinggian 3000 meter, sedang sebelumnya hanya mencapai 2000 meter. Surono, Kepala Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (KPVMB) mengatakan,. Warga segera dievakuasi ke pos-pos penampungan sesegera mungkin untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Akibatnya pos-pos yang tersedia tidak mencukupi lagi untuk menampung para pengungsi, sehingga Pos/Jambur bertambah menjadi 21 lokasi, diperkirakan jumlah pengungsi mencapai angka 21.141 jiwa dan kurang lebih 5000 orang anak menjadi pengungsi

Adapun Nama Jambur/Posko pengungsian antara lain Jambur Lige, Jambur Adil Makmur, Jambur Tuah Lopati, Jambur Sepakata, Jambur Dalihan Natolu, Klasis Kaban Jahe/Depag, Jambur Pulungan, Paroki Jalan Iran, Gedung KKR Simpang Katepul, Gedung KNPI/Serbaguna, GKII Gg. Brahmana, Stadion Samura, Pengepkepen (Tat Twam Si), GBKP Zetrum, Masjid Agung, Losd Pekan Buah Tiga Binanga, Losd Desa Perbesi, Jamburta Ras Berastagi, Jambur Desa Tongkoh, Losd Tanjung Pulo, Losd Tanjung Belang, Losd Singgamanik, Losd Kuta Buluh, Losd Siabang-abang, Losd Desa Muliarayat dan Telagah Kec. Seibing


Hari II Tim melakukan Capacity Building petugas dilapangan.

Direktorat Pelayanan Sosial Anak bekerjasama dengan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) melatih 78 relawan lokal yang terdiri dari mahasiswa, aktivis LSM, pengurus gereja dan beberapa personil Organisasi Sosial. Capacity building ini merupakan upaya untuk memberikan sentuhan terapi psikososial bagi anak-anak pengungsi korban letusan gunung Sinabung di Tanah Karo Sumatera Utara. Kegiatan tersebut dilaksanakan di tiga lokasi antara lain :
a. Posko GPIB yang berada di Kaban Jahe Kabupaten Karo, jumlah anak lebih kurang 75 orang.
b. Pondok Anak Ceria Posko/Jambur Serba Guna yang berada di Kaban Jahe Kabupaten Karo. Jumlah anak kurang lebih 100 orang
c. Jambur Tuahloupati yang terletak di Berastagi Kabupaten Karo dengan jumlah anak kurang lebih 100 orang.

Terapi psikososial dilakukan dengan metode Psychosocial Structure Activity yang menggunakan seni berupa cerita tanpa suara, gerakan/aktivitas, musik, pengulangan/ritual serta permainan kerja sama. Anak di pengungsian diarahkan untuk menekan rasa takut, cemas, dan perasaan tidak menentu lainnya yang sebenarnya merupakan sumber stress maupun depresi. Di tempat penampungan, anak berbaur dengan korban lainnya dari berbagai tempat. Mereka didorong untuk saling mengenal satu sama lain dan menanamkan perasaan senasib sesama pengungsi.

3. Hari ke III Tim melakukan upaya tindak lanjut program oleh dinas sosial daerah.

Tim melakukan upaya penanganan tindak lanjut program yang telah berjalan kepada Tim TRC Propinsi dan Kabupaten Kota. Mengadakan rapat di Jambur Serbaguna, membahas tentang tindak lanjut program. Hal ini dilakukan karena keceriaan anak tetap harus dilakukan agar mereka tidak trauma dan melupakan kejadian/musibah yang menimpa keluarga dan dirinya. Program ini juga harus dilakukan ditempat pengungsian yang lain sehingga semua anak-anak korban bencana dapat dijangkau. Daerah harus bertanggung jawab untuk melanjutkan program yang telah dilakukan.

4. Hari ke IV Tim melakukan persiapan kedatangan Presiden dan Menteri Sosial

Kedatangan presiden dan Menteri Sosial juga menjadi salah satu terapi yang baik bagi para pengungsi korban meletusnya gunung sinabung. Issue kedatangan Presiden dan Menteri Sosial dapat mendatangkan agin segar bagi para pengungsi, karena mereka merasa dihargai dan diperhatikan. Oleh karena itu momen ini dimanfaatkan oleh tim pelayanan sosial anak. Mengkoordinir tim yang ada dilapangan agar mengarahkan para pengungsi, supaya pengunsi yang ada di jambur-jambur dapat melihat dan mendengar sambutan dari Presiden maupun Menteri Sosial.

Sebelum Presiden dan Menteri Sosial sampai di posko utama pendopo, anak-anak maupun orang tua telah berkumpul. Namun situasi hujan yang deras menyambut kedatangan orang nomor satu di Indonesia rombongan. Situasi itupun tidak diperdulikan oleh mereka. Ketika Presiden dan Menteri Sosial tiba mereka menyambut dengan meriah ditengah hujan yang mengguyur deras.

Harapan kedepan, biarkanlah alam menunjukkan kemurkaannya tetapi anak-anak koraban alam ini tidak mengalami trauma yang mendalam. Anak-anak harus terus mendapatkan perhatian khusus dari kita semua, pemerintah, pemerhati anak maupun masyarakat itu sendiri, karena anak adalah masa depan bangsa.

Kejadian bencana merupakan pengalaman traumatik yang dapat menyebabkan gangguan mental korban bencana. Adi Fahrudin yang di-transkrip ulang oleh Ahmad Sahidin, berpendapat bahwa tidak semua orang yang menjadi korban bencana akan mengalami traumatik yang berujung pada gangguan mental. Ada yang lambat dan ada yang cepat. Seperti remaja yang putus cinta pertama, ada yang cepat melupakan dan mencari lagi pasangan baru, tetapi ada juga yang trauma sehingga memutuskan untuk tidak menikah. Inilah karakteristik personality tiap manusia. Masing-masing mempunyai karakteristik berbeda karena penyebabnya berbeda, walaupun ada unsur-unsur yang sama. Aspek emosi, afeksi, dan kognisi serta perilaku korban-korban pun berbeda. Dari ketiganya itu akan berbeda bila dilihat dari kasus atau jenis bencana yang menimpa.

Biasanya, dalam beberapa pekan, orang sangat ingin mendapatkan informasi atau kejelasan mengenai anggota keluarga, ingin cepat tahu bagaimana kondisinya dan berharap masih bisa diselamatkan. Ini juga bisa disebut trauma, suatu kondisi kejiwaan yang sangat membekas. Sedangkan, post traumatic adalah kejadian yang sangat membekas dan memiliki sisa. Pengalaman sisa yang membayanginya itu mempengaruhi residu. Selanjutnya, residu itu memengaruhi emosi (afeksi) dan kognisi disertai dengan tingkah laku yang berbeda.


Oleh : (Bisner H. Malau, A.KS)

Currently have 0 komentar:

Tinggalkan Pesan

Posting Komentar